50 Menit yang Penuh Magic

Semua berawal dari keinginan saya untuk menyaksikan sebuah panggung boneka seperti yang sering saya lihat di film-film hollywood. Berkali-kali mencari apakah di Indonesia ada panggung boneka yang saya maksud, akhirnya saya dipertemukan dengan sebuah akun puppet theatre lewat Instagram di pertengahan tahun. Namanya Papermoon Puppet Theatre.

Sebuah teater boneka yang digagas oleh seorang wanitaRia Papermoon (begitu sebutannya) ternyata sudah berkeliling beberapa kota bahkan di beberapa negara selama bertahun-tahun lalu. Base-nya di Yogyakarta jadi beberapa pertunjukkannya memang lebih sering dilakukan di Yogyakarta. Saya mencari lebih dalam soal Papermoon Puppet Theatre setelah menemukannya di Instagram sampai dikesimpulan terakhir bahwa Papermoon Pupper Theatre adalah yang saya cari selama ini. 

Too happy to know bahwa setelah menemukan akunnya, Papermoon Puppet Theatre akan melaksanakan Pesta Boneka di Yogyakarta (12,13,14 Oktober 2018) dan untuk itu, mereka melakukan fund rising dalam rangka mensukseskan Pesta Boneka 2018. Dengan pertimbangan ini dan itubiaya, waktu, dan pertimbangan lainnya, saya memutuskan untuk menjadi salah satu penonton yang harus rela memberikan 50 menit waktunya untuk sebuah pertunjukkan teater boneka. 

Dari beberapa pertunjukkan yang dilakukan di Jakarta dan Bandung, saya berkesempatan untuk hadir di Bandung. Doing the journey alone in one day tripBogor-Bandung-Tangerang, ternyata keputusan yang tepat karena Papermoon Puppet Theatre layak untuk diperjuangkan :))

So, mengangkat judul Puno Letters to The Sky, pertunjukkan dilakukan selama 50 menit. Penonton yang berjumlah kurang lebih 100 orang, diminta untuk hadir 1 jam sebelum pertunjukkan untuk menukarkan tiket masuk ke dalam ruangan. 



How cute the ticket was!

Setelah diperkenankan untuk masuk, semua penonton menempati tempat duduk senyaman mungkin. Di Bandung, pertunjukkan dilakukan di salah satu ruangan yang disulap menjadi panggung teater di IFI. 


Begini kira-kira suasana di dalam ruangan. 

Sebelum memulai pertunjukkan, founder menjelaskan rules yang harus dipatuhi demi kenyamanan bersama : penonton dan pekerja seni. Selama pertunjukkan, ada beberapa aturan yang tidak diperkenankan : tidak boleh ada yang merekam dengan media apa pun, entah kamera atau sekedar ponsel, tidak boleh ngobrol sendiri dan tidak boleh tertidur. Papermoon sangat menginginkan 50 menit pertunjukkan bonekanya dinikmati dengan mata dan hatidua 'alat perekam' yang paling hebat dari semua alat perekam yang ada. 

Cerita yang diangkat dari Puno Letters to The Sky adalah kisah antara anak dan ayahnya yang which is sangat relatable dengan kehidupan manusia di segala usia. Pertunjukkan dibuka dengan sesuatu yang membahagiakan sampai membuat penonton tertawa terbahak-bahak kemudian masuk ke dalam pertengahan cerita yang mulai membuat air mata menetes. I didn't understand what was happen in that 50 minutes. Semua penonton larut. Benar-benar menikmati semua detail yang disajikan oleh Papermoon Puppet Theatre. 

Setelah pertunjukkan berakhir, dari atas kepala kami, turun surat-surat dalam bentuk lipatan perahu dari kertas diikuti dengan lampu-lampu kecil yang mulai menerangi ruangan gelap gulita. Saat itu juga, pappeters serta tim, menutup pertunjukkan dengan riuh tepuk tangan penonton. 

Pertunjukkan yang sangat magic!  


Surat dari berbagai penjuru yang ditujukan untuk orang-orang terkasih mereka yang lebih dulu pergi


Meja Papa Puno 


Papa Puno dan Tala

Di 50 menit itu, saya diingatkan dengan rasa kehilangan yang begitu mendalam terhadap orang yang saya sayangi tapi di 50 menit itu juga, saya disadarkan bahwa meski pun seseorang itu sudah tiada, cintanya tak pernah benar-benar pergi dari dunia ini, dari dunia saya. 


Terima kasih Papermoon Puppet Theatre and team...
that was so magic! 

Comments

Popular Posts