Solo Trip Bali [Part 2]

Hari ke-dua di Ubud. Saya sudah menyusun rencana hari itu jauh-jauh hari : sejak bulan Juli 2021. 


Kali pertama mendengar Ubud Writers & Readers Festival beberapa tahun lalu, saya tentu saja tertarik untuk bisa bergabung & menikmati setiap rangkaian acara di dalam #UWRF. Sayangnya, belum ada kesempatan barang satu kali pun. Sehingga, ketika #UWRF 2021 diumumkan akan dilaksanakan secara hybrid maka saya membulatkan tekad untuk ikut.

Biarkan saya menjelaskan terlebih dahulu tentang #UWRF. 

Ubud Writers and Readers Festival adalah sebuah festival sastra tahunan yang diadakan di Ubud, Bali, Indonesia. Festival tersebut digagas oleh Janet DeNeefe, salah satu pendiri Yayasan Mudra Swari Saraswati yang menjadi penyelenggara festival. Di dalam #UWRF ada banyak rangkaian acara yang tidak hanya tentang buku tapi juga musik, film, perkembangan teknologi, arsitektur dan banyak lagi. Di dalam #UWRF juga dilaksanakan semacam artisan market yang tentu saja menjual produk-produk lokal berkualitas. 

Di tahun 2021, #UWRF dilaksanakan via virtual (townscript) dan langsung di Indus Restaurant. Sepanjang kegiatan dari tanggal 8 Oktober 2021 sampai dengan 17 Oktober 2021, saya berkesempatan hadir di dua hari terakhir. Waktu itu, saya mengabadikan momen dalam talk show yang dibawakan oleh arsitek-arsitek ternama dalam sustainable design. Dialah Popo Danes, Anneke van Waesberghe dan Kristine H. Harper. To be honest, rangkaian kegiatan di #UWRF sangat bermanfaat.



Main program berlansung kurang lebih 1 jam. Kemudian dilanjut dengan program lainnya. Saya menyempatkan diri untuk menikmati nasi campur khas Bali di Indus Restaurant yang terletak di Jl. Raya Sanggingan. Rasanya sangat enak dan view-nya benar-benar memanjakan mata. 



Selepas main program, saya bergegas ke market di sebelah Indus Restaurant untuk melihat produk-produk yang dijualkan di sana. Lokasinya sangat dekat. Saya hanya perlu berjalan kaki dua menit untuk bisa tiba di sana. 



Berkeliling di bazaar produk lokal selalu membuat saya betah berlama-lama. Kenapa? Karena banyak sekali barang-barang yang menarik, unik dan sangat out of the box yang bisa dibeli. Banyak juga makanan yang rasanya enak dan tampilannya sangat menggugah mata. Belum lagi, di Artisan Market #UWRF harga yang ditawarkan masih dalam range yang standar sehingga saya yakin, banyak yang berkunjung dan membawa oleh-oleh dari sana. Oh iya, selama di Artisan Market, semua pengunjung harus membeli sejumlah voucher yang nilainya sama dengan rupiah untuk dipakai bertransaksi. 


Selesai dengan #UWRF, saya bergegas kembali ke penginapan tepat sebelum hujan turun deras. Hari itu, saya meninggalkan Titik Dua dan pindah ke sebuah penginapan self service bernama A4K MUA di pusat kota Ubud. Lokasinya sangat strategis. Mudah diakses untuk pejalan kaki seperti saya. Sayangnya, karena pandemi masih berlansung, tidak banyak toko-toko atau cafe-cafe yang buka di sekitar penginapan. 


A4K MUA adalah penginapan yang sangat bersih dan wangi. Fasilitasnya sangat lengkap dengan harga yang sangat standar. Bagi saya, penginapan ini sangat tepat untuk wisatawan yang hampir menghabiskan waktunya di luar dan kembali di waktu malam hanya untuk tidur. Jangan khawatir, walua pun serba self service, A4K MUA sangat aman. Akses masuk menggunakan special code yang berbeda setiap kamar. Pengunjung juga bisa berkomunikasi dengan pihak penginapan melalui Whatsapp. Semuanya akan dibantu dengan cepat. 

Setelah mengistirahatkan diri beberapa jam, saya kembali mengitari Ubud. Tentunya dengan berjalan kaki. Saya sudah punya tujuan di waktu sore untuk menghabiskan waktu di sebuah tempat makan yang cukup ternama dan sering direkomendasikan wisatawan : Warung Makan Bu Rus.


Bayangkan duduk di pojok warung makan sederhana dengan makanan khas Bali yang nikmat selepas hujan. Masih ada sisa tetesan air hujan di daun-daun hijau. Langit pun mulai kembali biru. Angin tipis tentu sangat menyejukan. Duh begitu indah :"


Sore itu, saya menutup hari ke dua saya di Ubud dengan berjalan kaki menikmati penutup hari yang syahdu. Menyapa dan membalas sapaan warga sekitar yang sangat ramah. Berjalan diiringi anjing-anjing yang sama sekali tidak membuat saya ketakutan. Dan, menghirup udara yang begitu bersih. Berapa kali lagi saya harus mengatakan bahwa Ubud memang seindah itu?

Comments

Post a Comment

Popular Posts