The Coffee Memory(Riawani Elyta)



Penulis: Riawani Elyta
Penyunting: Laurensia Nita
Penerbit: Bentang Pustaka (Pustaka Populer)
Jumlah Halaman: 232 halaman
Harga: Rp 39.000,-
ISBN: 9786027888203

“Mungkin, benarlah kata orang-orang bijak itu bahwa tawa selalu berakhir dengan tangis. Dan, tawa yang berlebih dapat membuat hati mengeras.” –halaman 10

Bagi seorang Dania Aliffa, hidupnya yang penuh dengan tawa tak akan pernah lagi kembali. Semesta seolah membiarkannya menguap. Sama seperti saat aroma kopi itu menjauh. Ia menyadari bahwa suaminya tak mungkin lagi ia temui. Meski Dania sangat mencintai suaminya. Bahkan lebih dari kecintaan sang suami kepada kopi, yang mengantarkannya pada sebuah usaha Katjoe Manis, sebuah kafe yang menyediakan hidangan kopi ternikmat.

Ialah Andro suami yang terus-menerus mengisi relung hatinya. Pun saat Andro harus pergi meninggalkan Dania untuk selama-lamanya dalam sebuah kecelakaan maut ketika Katjoe Manis berada di kesuksesan yang maksimal. Bersama Ratih, salah satu karyawan kepercayaannya, Dania mencoba merintis Katjoe Manis kembali yang kehilangan sosok pemimpin sekaligus barista seperti Andro dan terus merosot seiring menjamurnya kafe-kafe serupa. Ia terus berjuang untuk menemukan barista baru sampai pada satu waktu, ia menemukan seorang barista dari Black Canyon Cafe bernama Barry. Meski Barry terus menunjukkan keahliannya bersama mesin grinder, ramuan kopi, dan kharisma baristanya, namun Dania tetap menjadikan Andro sebagai yang terdalam di hatinya. Andro tetap memekat dalam batin Dania. Sampai kapan pun. Karena bagi Dania, Andro adalah cinta platonisnya.

Berputarnya kehidupan, membuat Dania mengerti tentang bisnis, kopi, dan hidup yang sesungguhnya. Ia harus mengalami bujukan Redi, kakak iparnya yang menginginkan kerja sama dengan usahanya, pengkhianatan dari Yayan, salah satu barista andalannya yang menerima tawaran bekerja di Bookafeholic. Sebuah kafe yang letaknya dekat dengan Katjoe Manis dan menawarkan berbagai menu andalan lengkap dengan zona nyaman untuk para pembaca buku sejati. Kafe yang pemiliknya tak lain adalah Alva Pramudya, teman SMA Dania yang pernah menorehkan rasa lain dalam hidupnya, memberikan pengalaman tentang persahabatan yang tulus, dan cinta. Dia kembali mengulang rasa yang pernah ada. Ingin mendapatkan Dania meski wanita itu telah memiliki Sultan, jagoan kecilnya. Pram menyatakan keinginannya untuk menjalin hidup bersama Dania, tetapi ia tolak. Dania menyadari bahwa Andro masih hadir, menyergapnya dalam diam, mengembalikkannya dalam kenangan.

            Suatu waktu, Katjoe Manis yang sedang merangkak naik, hangus terbakar. Dania tentu terkejut sampai berencana menutup kafe itu dan merumahkan karyawan-karyawannya. Tapi, di saat itulah Barry hadir memperlihatkan kesungguhannya untuk Katjoe Manis. Ia mendorong semangat bosnya agar kafe ini tetap berdiri. Barry yang dahulu pernah memberikan beberapa file berisi surel mengenai jatuh-bangunnya usaha semacam ini, tak berhenti membakar ambisi Dania dan rekan-rekan kerjanya yang lain. Dan, di kumpulan surel itu, Dania menemukan sebuah blog pribadi milik Barry yang memperlihatkan postingan sehari setelah tragedi kebakaran Katjoe Manis yang berisi tentang perasaan Barry sesungguhnya pada Dania. Perteman dengan Andro di CLC ( Coffee Lovers Community ), berlanjut pada keprihatinan meninggalnya Andro, sampai pada keinginan awalnya untuk menjadi barista sebagai cara mewujudkan mimpi Andro yang tertinggal. Namun, sejak itu ia sadar, Barry telah jatuh cinta pada bosnya sendiri, Dania.

“Tidak pernah kusangka, kopi jugalah yang menjadi penghubung antara aku dan kamu, juga rahasiamu dengannya,” – halaman 191

            Barry berhasil membuat Dania berpindah dari kenangan akan Andro. Ia mulai nyaman dengan keberadaan Barry. Dania mulai menikmati setiap waktu yang diberikan Tuhan untuk ia habiskan bersama Barry dalam hidupnya, juga Sultan. Dinginnya hati telah luluh oleh hangat yang ditawarkan Barry seperti kopi-kopi racikannya.

            The Coffee Memory menyuguhkan tiga elemen yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kopi, bisnis, dan cinta. Riawani Elyta mampu memberi banyak informasi tentang kopi, sajiannya, dan pernak-pernik lainnya yang belum diketahui kaum awam. Bahkan dari cover-nya yang unik, bisa terlihat rasa yang akan ditawarkan pada novel ini. Kemudian, pembaca bisa dengan jelas mengerti tentang bagaimana jatuh-bangunnya sebuah usaha, sekaligus jatuh-bangunnya cinta. Novel ini membuka ceritanya dengan klimaks dan mengantarkan pada alur yang teratur. Kata-kata yang digunakan pun sangat mudah dipahami. Dan tentu saja, mengandung banyak pesan agar kita tetap bangkit, berjuang, dan terus berjalan mengikuti perputaran kehidupan meski tanpa orang yang kita sayangi. Melalui kutipan-kutipan manis, pesan ini juga disampaikan.

            Sebagai sebuah karya, The Coffee Memory bukan novel yang cocok untuk remaja karena pengambilan tokoh utamanya memperlihatkan kehidupan wanita yang sudah berkeluarga. Menurut saya, hal ini akan mempersulit proses adaptasi pembaca dengan cerita sehingga memang lebih baik apa bila The Coffee Memory dikonsumsi oleh pembaca yang sesuai umurnya selayaknya buku-buku yang lain.

            Novel ini memperlihatkan sosok penulisnya yang benar-benar mengerti tentang kopi atau bahkan sangat mencintai kopi. Ada passion yang bisa dirasakan pembaca. Riawani Elyta mampu menampilkan cita rasa berbeda dari sajian tulisannya. Yang menghibur dan memberikan pelajaran.

“Secangkir kopi adalah jembatan kenangan dan komunikasi yang paling hangat. Dan, bersamanya, kita bisa menciptakan momen-momen spesial dalam secercah perjalanan hidup,” – halaman 215

Comments

Post a Comment

Popular Posts